Manchester United membukukan kemenangan di markas Chelsea pada laga lanjutan Piala FA dengan skor 0-2. Paul Pogba menjadi bintang di lapangan berkat 1 gol & 1 asis. Namun whoscored dan berdasar polling para fans di twitter, menempatkan Herrera sebagai man of the match.
Formasi dan susunan tim
Chelsea bermain dengan formasi pakem 4-3-3 yang banyak dikritik karena tidak ada perubahan meski hasil buruk menimpa tim asal London tersebut. Hasil buruk terakhir, dikalahkan City dengan skor 6-0 dan Bournemouth 4-0. Higuain dimainkan bersama Pedro dan Hazard di depan sementara Kante, Kovacic & Jorginho bermain di belakangnya.
Manchester United turun dengan formasi 4-1-2-1 diamond. Taktik Solskjaer yang menempatkan Mata di tengah (pucuk diamond), membuat Lukaku ‘menyingkir’ dari posisi naturalnya. Lukaku yang merupakan no 9 bermain di sisi kanan dan Rashford di kiri. Keduanya akan melakukan mikrotaktik swap/pertukaran posisi yang akan dijelaskan nanti.
Menetralisir Jorginho dengan Juan Mata
Manchester United menggunakan taktik pressing tinggi saat Chelsea melakukan build-up serangan dari belakang. Mata ‘dikorbankan’ untuk man marking Jorginho. Hal yang sudah ‘lumrah’ dilakukan tim-tim lain saat melawan Chelsea (Spurs, Arsenal, City). Di match sebelumnya (lawan PSG), Solskjaer menggunakan man marking juga untuk Verratti, namun pemain yang digunakan Herrera. Hal inilah yang membuat lubang di lini tengah (depan bek). Dengan menjadikan Mata ‘anti-6’ maka Manchester United punya kendali atas ruang di depan bek dengan Matic & Herrera.
Di awal babak pertama, pressing dengan intensitas tinggi dimainkan Man United. Matic dan Herrera melakukan marking juga ke Kante dan Kovacic hingga meninggalkan daerahnya. Hal ini dilakukan agar Chelsea tidak mampu mengembangkan permainannya dari umpan-umpan pendek di belakang.
Namun di menit ke-4 Sarri mampu keluar dari tekanan lewat salah satu feature sistemnya, ‘sirkulasi U’ yang bisa dilihat dari urutan gambar di atas (bola di kanan) sampai ke kiri seperti gambar di bawah (Alonso ke Hazard) sehingga membentuk huruf U (meski di skenario ini lebih ke ‘L’).
Saat Chelsea bisa lepas dari pressing tinggi United lewat sirkulasi U ini, maka 4 pemain belakang akan ditinggalkan dalam keadaan terbuka (exposed). Gap antara bek dan pemain tengah ini yang dieksploitasi lewat Hazard. Namun Young yang tahu timnya dalam keadaan bahaya, segera melakukan tactical foul agar pemain lain kembali ke pertahanan. Chelsea mendapatkan momentum & mengambil kendali pertandingan di awal babak.
Membiarkan Chelsea menguasai bola
Jika mengikuti akun twitter saya di @sundaybedranger mungkin akan beberapa kali melihat analisis saya soal bagaimana ‘tim papan tengah’ bisa menahan imbang atau bahkan menetralisir sistem bermain Chelsea yang dinamakan oleh media-media dengan Sarriball ini. Sejak menit 10, Solskjaer menurunkan blok pertahanan lebih rendah. Yup, salah satu kelemahan sistem Sarriball adalah saat musuh memilih bertahan dengan blok rendah. Sebetulnya bukan kelemahan, analisis saya waktu itu merujuk ke kondisi penyerang Chelsea yang tidak mampu mencetak gol dan minimnya kreatifitas lini tengah.
Menurunkan blok pertahanan menjadi rendah artinya menutup celah antar lini bek & tengah yang bisa dieksploitasi tadi. Pemain United tidak melakukan pressing ke depan, ruang antar lini dipersempit, Chelsea harus membongkar dengan kreatifitas serangan. Namun karena tanpa man marking, taktik ini ada kompensasinya, Jorginho menjadi lebih bebas. Seperti peluang di menit ke-15 yang didapat karena jauhnya marking ke pemain berkebangsaan Italia ini.
Mekanisme serangan Manchester United
Meski bermain dengan blok rendah, sejatinya Solskjaer menyimpan mekanisme serangan yang tersusun rapi. Build up serangan tetap dilakukan dari belakang, hal yang tidak dilakukan oleh tim yang disebut sedang bertahan. Mekanismenya adalah menarik pemain tengah Chelsea untuk melakukan pressing dan memasang Rashford & Lukaku di depan yang masing-masing mempunyai peran eksploitasi ruang yang berbeda.
Jika diperhatikan dengan seksama, Lukaku sering melakukan swap dengan Rashford. Kadang berada di kiri, kadang berada di kanan. Hal ini dilakukan karena United mencari tipe ruang yang bisa dieksploitasi. Jorginho kerap kali meninggalkan beknya terekspos tanpa pemain tengah. Untuk menutup celah itu, bek Chelsea akan lebih maju (high pressing) guna mempersempit ruang di antara lini tersebut (putih). Namun akan memperlebar ruang di belakang bek (merah) untuk dimanfaatkan kecepatan Rashford.
Tipe ruang ini juga akan menentukan tipe passing yang diberikan seperti pada gambar di atas, bola melambung lebih ke arah merah (Rashford).
Terciptanya gol bukan dari counter attack
Saya tidak setuju jika gol pertama Man United disebut ‘hanya’ dari serangan balik. Sejatinya, tidak ada yang kehilangan bola di prosesi gol tersebut, bukan? Gol tersebut berawal dari build up United di belakang. Build up ini berhasil memancing 3 pemain tengah Chelsea + 1 bek (Azpilicueta) yang maju karena pergerakan Lukaku. Celah yang ditinggalkan Azpilicueta ini kemudian diisi oleh Pogba yang berdiri bebas.
Pemain tengah Chelsea tidak melakukan trackback & organisasi bertahan dengan baik. DM membiarkan bek terekspos. Rudiger, karena tidak ada Azpi jadi melebar. Sehingga tercipta celah yang lebar antaranya & Luiz.
Herrera yang sejak awal pertandingan mampu menjadi penyeimbang lini serang dan bertahan United mampu membaca situasi ini dengan masuk ke dalam kotak penalti. Dalam prosesi gol ini pun sebenarnya Lukaku kosong di tengah. Namun berkat kapasitas, kemampuan dan kepercayaan diri yang bagus, Pogba memilih crossing ke Herrera. Gol tercipta dengan skema yang baik.
Gol kedua tercipta melalui counter pressing saat terjadi throw in. Saat bola dimenangkan United, Rashford seperti di skema awal tadi akan menyerang ruang merah (kecepatan). Meski pertahanan Chelsea cenderung melakukan recovery dengan baik, namun tidak mampu bertahan dengan baik atas crossing teknik tinggi yang dilesakkan Rashford ke arah Pogba.
Kesimpulan
Manchester United sempat melakukan pressing tinggi di awal pertandingan & melakukan man marking terhadap Jorginho namun tidak berhasil (City, Arsenal & Spurs berhasil). Chelsea cenderung mendominasi & menciptakan beberapa peluang, membuat Solskjaer beralih ke plan B dengan melakukan pertahanan garis rendah sejak menit ke-10. Di babak kedua, hampir dari awal sampai akhir, United bermain dengan blok rendah.
Herrera menjadi pemain terbaik di laga ini karena mampu mengontrol keseimbangan lini tengah dalam bertahan maupun menyerang. Catatan bertahannya yang selalu menonjol (takcles & interception paling tinggi) disempurnakan dengan catatan menyerangnya yang membuahkan 1 gol dari 2 tembakan on target.
Juan Mata juga menjadi pemain yang cukup berkontribusi dengan posisinya di belakang Rashford & Lukaku. Membuat Mata kerap berada di celah antara lini bertahan & tengah. Membuatnya sering terbuka tidak terkawal untuk memberikan akses umpan ke pemain lain.