Manchester United membukukan kemenangan ke-6 di bawah asuhan Ole Gunnar Solksjaer. Meski mendapatkan 3 poin, Man United harus berjuang ekstra keras melawan gempuran Tottenham Hotspur (Spurs) yang bermain lebih baik terutama di babak kedua. Di dalam jumpa pers setelah pertandingan, Pochettino mengaku tidak kecewa atas timnya karena anak asuhnya bermain baik terutama di babak kedua.
Formasi
Spurs turun dengan formasi 4-3-1-2 dan bertahan dengan formasi 4-4-2. Sementara Manchester United tetap bermain dengan 4-3-3 yang di babak kedua diubah menjadi 4-2-3-1. Hanya saja ada perubahan minor di jajaran penyerang. Rashford yang di pertandingan-pertandingan sebelumnya mengisi pos no.9 (striker di tengah), dalam pertandingan ini bertukar posisi dengan Lingard yang posisinya melebar di sayap kanan. Sehingga susunan pemain depan menjadi Rashford kanan, Martial kiri & Lingard yang lebih banyak difungsikan sebagai pressing forward.
Tujuan dari taktik ini adalah eksploitasi ruang yang ditinggalkan fullback (Ben Davies di kiri, Trippier di kanan) dengan kecepatan Rashford & Martial saat Spurs menyerang lewat serangan balik. Taktik ini bisa dibilang monoton namun efektif. Beberapa kali peluang tercipta dari eksploitasi ruang ini. Sementara untuk kompensasi ruang yang ditinggalkan Trippier, Spurs menggunakan Sissoko di kanan. Jika di kiri, Vertonghen yang akan sedikit bergeser untuk menutup celah yang ditinggal Davies.
Skema Serangan Spurs
Pochettino tidak selalu menutup celah yang ditinggalkan 2 FB ini saat maju depan. Setidaknya di babak pertama, Sissoko juga kerap membantu Trippier untuk menyerang lewat sayap kanan. Martial yang tidak melakukan trackback dimanfaatkan untuk menciptakan kondisi 2 vs 1. Di satu sisi jika kena serangan balik maka Martial tinggal berhadapan dengan CB. Artinya kedua taktik manager ini saling memiliki resiko.
Tidak hanya overload, Spurs juga melakukan counter attack dengan eksploitasi garis tinggi pertahanan United.
Spurs juga bermain baik dalam hal membongkar garis rapat pertahanan United. Kane, Alli dan Son terus melakukan eksploitasi terhadap pertahanan United yang rapat, namun beberapa kali shape-nya tidak baik.
Respon Manchester United
Di babak pertama cara bertahan Solksjaer sama dengan Mourinho. United memasang blok rendah yang rapat. Kemudian menarik 1 DM Matic atau Herrera untuk turun ke garis pertahanan. Tujuannya untuk menutup celah-celah yang dapat dieskploitasi pemain depan Spurs.
Seperti yang diutarakan di artikel sebelumnya, setiap taktik tidak mampu sepenuhnya menguasai ruang dalam bertahan atau menyerang. Jika 1 DM masuk ke garis pertahanan maka hanya 1 DM yang menjaga area tengah. Jika bola dialirkan ke fullback maka pertahanan United akan mengikuti dengan menumpuk pemain di garis pertahanan. Tentunya akan menyulitkan penyerang untuk mendapatkan ruang tembak di dalam kotak penalti, namun tidak di luar kotak.
Perang Taktik Hingga Menit Akhir
Di menit 73 Martial digantikan oleh Lukaku untuk menarik Rashford dari penyerang kanan ke sayap kiri. United bermain dengan formasi 4-5-1/4-2-3-1. Tujuannya agar Rashford membantu Shaw dalam mengamankan sisi kiri pertahanan.
Dalot yang merupakan bek juga dimasukkan sebagai sayap kanan dengan tujuan ‘menahan’ Ben Davies agar tidak melakukan overlap untuk membantu serangan. Karena sebelumnya Spurs memasukkan Llorente yang tentunya diplot untuk menerima crossing baik dari Davies atau Trippier. Namun Pochettino juga meresponnya dengan menarik Son sebagai sayap kiri.
Kesimpulan
Pertandingan ini diakhiri dengan 1 gol, namun jika kita melihat peluang lewat expected goals (xG) pertandingan ini cukup tinggi. Spurs xG 1.80 vs 0.96 United xG. Artinya pertandingan ini melahirkan banyak peluang yang seharusnya banyak yang bisa dikonversi menjadi gol oleh kedua tim. Terutama nilai xG Spurs 1.80 yang melebihi golnya. Hal ini karena kedua tim bermain sama-sama menyerang meski United di menit 73 (saat Lukaku masuk) bermain dengan garis pertahanan yang rendah.