Manchester United menang dengan skor telak 4-0 atas Chelsea di Old Trafford. Diperkuat dengan rekrutan baru, Aaron Wan Bissaka dan Harry Maguire serta Daniel James yang memulai debutnya di babak kedua, tim asuhan Solskjaer ini mencatatkan rekor kemenangan terbesar atas Chelsea di era Premier League. Sebuah start yang tidak bagus buat Lampard yang mendapat ujian berat di debutnya bersama Chelsea. Lampard harus mengarungi musim ini tanpa transfer. Meski mendapat suntikan dari pemain baru (Pulisic) dan pemain yang balik dari masa pinjaman (Mount & Abraham), Chelsea masih tidak mampu mencetak gol dan bertahan dari kebobolan.
Momentum Chelsea di awal laga
Chelsea sebetulnya memegang momentum di awal laga setidaknya hingga gol terjadi. Dikutip dari whoscored, hingga menit ke-18 Chelsea mengungguli penguasaan bola Manchester United 37,3% vs 62,7%. Tercatat juga United kehilangan bola 5x. Analisis selama kurun waktu tersebut, Chelsea mampu melakukan pressing tinggi dan memaksa proses bangun serangan United gagal.
Respon Manchester United
Meski dipressing ketat oleh Chelsea, Manchester United tetap memainkan bangun serangan dari bawah. Maguire yang baru dibeli dari Leicester memang didatangkan untuk melakukan hal ini. Apa yang menyebabkan United atau tim-tim besar lain melakukan investasi besar-besaran untuk seorang bek yang punya kemampuan mengumpan dan mengolah bola (ball playing defender)? Hal ini disebabkan perkembangan sepakbola modern yang menggunakan goal kick sebagai keuntungan untuk menguasai pertandingan dari awal. Saat goal kick langsung ditendang jauh ke depan oleh kiper, saat itu pula tim akan kehilangan penguasaan bola. Terlepas duel di depan dimenangkan oleh striker atau lawan, cara ini tidak efektif untuk mempertahankan penguasaan bola.
Meski begitu United masih kesulitan untuk melepaskan diri dari pressing Chelsea. Mekanisme build up-nya tidak berjalan baik, terjadi disjointed saat harus melakukan progresi dari belakang ke tengah. McTominay yang lebih bertipikal ball winning, tidak mampu mengalirkan bola atau sekedar memberi akses untuk memecah pressing. McTominay lebih sering turun sehingga lini tengah kosong.
Progresi ke depan dapat berhasil saat Pogba mampu lepas dari kawalan. Pun begitu, progresi selanjutnya pun masih sangat minim. Seperti yang terjadi di menit ke-8 saat Maguire mampu memberikan umpan ‘through the lines’ ke Pogba yang lepas dari kawalan. Saat umpan terjadi, United sudah lepas dari ‘1st line pressing Chelsea’ namun terbatasnya akses terutama di flank kiri membuat Pogba memilih umpan jauh ke depan yang terlalu deras sehingga lebih dekat ke Kepa.
Kesalahan Bek Chelsea
Superioritas Chelsea ini tidak didukung oleh kemampuan bertahan yang baik. Kesalahan pertama tentunya tackling di dalam kotak penalti yang dilakukan Zouma. Dijualnya David Luiz ke Arsenal, membuat The Blues kehilangan pemain berkualitas. Terlebih, Lampard memilih duet Zouma dan Christensen. Bukan Rudiger yang musim lalu jadi partner utama David Luiz.
Menurunkan Garis Pressing dan Menyerang Saat Transisi
Semenjak pramusim, Lampard mencoba-coba skema formasi dengan 1 DM (4-1-2-1-2) dan 2 DM (4-2-3-1), baik menggunakan 1 ataupun 2 DM masalah Chelsea masih sama, yaitu seringnya blok pertahanan terekspos tanpa cover DM.
Hal ini adalah kompensasi dari pressing tinggi yang terkesan sporadis. Bisa dilihat dari banyaknya pelaku pressing ke pembawa bola. 2 DM meninggalkan posnya sehingga terekspos dan 2 CB meninggalkan celah yang sangat lebar. Mourinho dalam wawancaranya menyebutkan hal bersifat teknis yang perlu direncanakan dalam taktik; cara bertahan, cara menyerang, transisi bertahan ke menyerang dan transisi sebaliknya. Transisi terutama, menurutnya adalah hal yang harus diantisipasi, bukan direncanakan. Pada saat transisi inilah, United menyerang Chelsea.
Di babak kedua United mulai bermain dengan blok yang lebih rendah dan membiarkan Chelsea membangun serangan dari bawah tanpa pressing tinggi. United akan menyerang saat berhasil mendapatkan bola dan menyerang saat Chelsea melakukan transisi dari menyerang ke bertahan. Hampir semua gol berawal dari transisi ini termasuk gol penalti. Gol Martial pun jika umpan Rashford ke Lingard tidak terlalu deras, akan lebih cepat diselesaikan.
Kesimpulan
Kedua tim mengawali pertandingan dengan pressing yang tinggi, membuat build up serangan sulit dilakukan, terutama United. Chelsea mampu mengontrol penguasaan bola dengan sangat baik hingga menit ke-18 sebelum terjadinya gol. Tapi gagal mengkapitalisasi keunggulan tersebut menjadi gol. Manchester United menurunkan blok bertahannya di babak kedua dan melakukan serangan balik memanfaatkan lemahnya transisi bertahan Chelsea. Statistik menunjukkan setelah menit ke-60 expected goal (xG) mengalami kenaikan dengan terciptanya 3 gol.
Start yang tidak bagus buat Lampard dan sebaliknya, Solskjaer mendapatkan 3 poin dari tim big 6 musim lalu. Namun taktik di atas dan build up yang tidak sempurna, mampukah United melawan tim yang memaksa United menguasai bola dan melakukan serangan saat transisi? Pertandingan melawan Wolves jadi ujian selanjutnya.