Manchester City melanjutkan rentetan kegemilangannya dengan menggilas Gladbach 2-0. Bermain “tandang” di leg pertama 16 Besar Liga Champions, gol-gol dari Bernardo Silva dan Gabriel Jesus membawa pulang kemenangan ke-19 beruntun bagi tim asuhan Pep Guardiola.
Kemenangan City memang diraih dengan tidak mudah. Laga sempat berjalan alot akibat pressing dan pertahanan compact lawan yang memberikan tantangan tersendiri bagi struktur menyerang City. Akan tetapi, kualitas permainan yang mereka miliki mampu memberikan dominasi menyeluruh atas sang lawan.
Line Up
Gladbach yang gagal meraih kemenangan dalam tiga pertandingan terakhir, melakukan beberapa penyesuaian di lini tengah dan depan. Formasi Die Fohlen secara umum berbentuk 4-3-3 dengan dua penyerang sayap yang cukup rapat sehingga bisa bertransformasi menjadi 4-3-2-1. Trio Denis Zakaria, Christoph Kramer, dan Florian Neuhaus turun di lini tengah. Dua penyerang sayap menjadi domain Jonas Hofmann dan Alassane Plea. Keduanya mengapit Lars Stindl di lini depan. Sementara itu, lini belakang diisi oleh komposisi terkuat Gladbach: kuartet Stefan Lainer, Matthias Ginter, Nico Elvedi, dan Remy Bensebaini di depan kiper Yann Sommer.
Sementara itu City turun dengan pola 4-3-3. Kali ini, Pep menurunkan lima pemain berbeda dari laga sebelumnya menghadapi Arsenal. Kyle Walker kembali ke 11 utama, menggeser Joao Cancelo ke bek kiri (meski ia tidak benar-benar bermain sebagai bek kiri). Aymeric Laporte menggantikan peran John Stones untuk berduet dengan Ruben Dias. Di lini tengah, Rodri bermain sebagai gelandang No. 6 di belakang Ilkay Gundogan dan Bernardo Silva. Gabriel Jesus, dengan Raheem Sterling dan Phil Foden di kedua sisi sayap, memimpin lini serang City.
Pressing Gladbach
Penyesuaian susunan pemain tadi banyak terefleksi dalam set-up pressing Gladbach. Menekan dengan blok menengah, Marco Rose menginstruksikan anak buahnya membentuk blok 4-3-2-1 untuk meredam struktur build-up 3-2-5 dari City.
Di lini pressing pertama, tekanan diinisiasi oleh ketiga penyerang yang bermain merapat. Tujuannya adalah menghambat build-up 3-2 City di area bawah. Ketiga penyerang memiliki akses pressing kepada 3 pemain belakang City (Walker-Dias-Laporte) sekaligus 2 pivot (Rodri-Cancelo). Kramer secara situasional akan ikut menekan untuk mewaspadai pivot City yang mencoba keluar dari cover shadow penyerang Gladbach.
Di lini tengah, duet No. 8 Gladbach (Zakaria-Neuhaus) akan berorientasi man to man terhadap duet No. 8 City (Silva-Gundogan). Struktur tiga gelandang juga memberikan akses pressing bagi Gladbach ketika City mengalirkan bola ke luar blok pressing. Hal ini yang kemudian membantu Gladbach dalam menyusun pressing trap.
Situasi berikut menggambarkan salah satu jebakan pressing Gladbach. Stindl sebagai pemain No. 9 menekan bek tengah lawan sekaligus mengarahkan ke salah satu sisi. Pergerakan Stindl segera diikuti oleh penyerang sayap terdekat (Hofmann) yang segera menekan bek tengah City di sisi bola (Laporte). Penyerang sayap sisi jauh (Plea) menekan pivot sisi jauh (Rodri). Kramer segera mengikuti Cancelo untuk mencegahnya menjadi pemain bebas. Gelandang No. 8 terdekat dan bek sayap (Zakaria-Lainer) mengikuti pemain lawan yang dijaganya (Gundogan-Foden) ketika berusaha memberikan opsi.
Situasi serupa banyak terjadi di awal laga. Bentuk dan mekanisme pressing Gladbach banyak mengharuskan City untuk bermain di luar blok. Meski demikian, tim tamu yang memuncaki klasemen Liga Primer Inggris tersebut memiliki beberapa cara untuk membongkar blok tersebut. Hal ini akan dibahas di bagian berikutnya.
City mengeksploitasi pressing lawan
Meski pressing Gladbach menutup banyak opsi build-up City, nyatanya Gundogan cs mampu menguasai pertandingan. Selain penguasaan bola, mereka juga mendominasi Gladbach dalam jumlah tembakan, dan tentunya skor akhir. Terdapat beberapa mekanisme yang digunakan City dalam struktur 3-2-5 mereka.
Struktur 3-2-5 menjadi salah satu struktur andalan Pep musim ini. Susunan 3 bek plus 2 pivot dianggap memberikan staggering yang pas untuk koneksi build-up sekaligus proteksi yang cukup ketika kehilangan bola. Di area yang lebih tinggi, 5 pemain depan mengisi 5 koridor vertikal untuk memberikan opsi serangan.
Sirkulasi
Dengan blok yang rapat, City pada akhirnya harus banyak melakukan sirkulasi bola secara horizontal. Dengan adanya pemain sayap yang konsisten mengisi koridor terluar (Sterling-Foden), City bisa memiliki opsi sirkulasi yang reliabel. Keduanya akan di-support oleh pemain No. 8 terdekat atau bek tengah sisi luar. Sirkulasi juga dimungkinkan lewat penyesuaian pemain belakang City, misalnya Walker yang beberapa kali bermain lebih melebar di posisi bek kanan untuk memberikan opsi di area sayap.
Sirkulasi memiliki beberapa nilai penting dalam upaya City membongkar pertahanan lawan. Pertama adalah mempertahankan penguasaan bola. Dengan menguasai bola, City mencegah Gladbach untuk melakukan serangan, atau biasa disebut dengan defensive possession.
Kedua, dengan sirkulasi secara simultan, staggering Gladbach akan menjadi tidak ideal. Struktur bertahan mereka akan menjadi flat dan dengan sendirinya membuat akses pressing yang awalnya mereka miliki menjadi hilang. Hal ini membuat backline Gladbach harus lebih agresif dalam melakukan forward press yang tentunya berisiko karena meninggalkan garis belakang mereka.
Ketiga, yang juga menjadi aspek terpenting adalah mengakses pemain di dalam blok pressing Gladbach. Dengan sirkulasi ke area sayap, mereka bisa menemukan celah untuk mengakses pivot atau pemain No. 8 mereka di belakang cover shadow penyerang Gladbach. Dengan begitu City bisa mengeliminasi pressing lini pertama dan memanfaatkan situasi menang jumlah melawan garis pertahanan lawan.
Overload di lini tengah: Peran Jesus dan dua No. 8 City
Jesus di laga ini banyak beroperasi di ruang antarlini. Ketika build-up ia sangat jarang berada di posisi terdepan dalam serangan City. Pemain asal Brasil tersebut banyak sejajar dengan Gundogan dan Silva untuk menciptakan situasi menang jumlah di lini tengah.
Contoh peran Jesus banyak terlihat dalam eksploitasi space yang ditinggalkan oleh Kramer. Nama yang disebut terakhir, seperti yang dijelaskan sebelumnya, banyak membantu menekan di area yang tinggi untuk mempertahankan akses pressing ke pivot lawan. Jesus akan mengeksploitasi ruang ini, bersama dengan dua No. 8 City menciptakan situasi 3v2.
Situasi menang jumlah tersebut akan mengacaukan blok pressing Gladbach di lini tengah. Apalagi dengan situasi dua No. 8 yang berorientasi kepada dua No. 8 lawan. Di situasi di bawah, turunnya Jesus ke area tengah mengacaukan orientasi penjagaan Kramer. Akibatnya Gundogan menjadi bebas untuk menjadi opsi umpan vertikal. City kemudian bisa mengakses Rodri di belakang cover shadow penyerang Gladbach. Mekanisme ini juga membantu mengeliminasi lini pertama pressing Gladbach. City kemudian bisa mendapatkan situasi serangan yang menguntungkan.
Kegemilangan Cancelo
Membahas kemenangan City di laga ini tidak lengkap tanpa menyebut peran Cancelo. Pemain asal Portugal ini berperan dalam dua gol City lewat dua umpan silangnya. Secara spesifik, umpan diagonal yang dieksekusi berbelok ke dalam (inward crossing) bisa memberikan keuntungan tersendiri.
Sifat natural umpan diagonal adalah membuat mekanisme bertahan lawan menjadi lebih kompleks karena harus bertahan menghadapi dua dimensi arah gerak bola (ke belakang dan ke samping). Hal ini berbeda dengan umpan horizontal atau vertikal yang hanya memiliki satu dimensi arah.
Selain itu, bola yang berbelok ke dalam di sisi jauh akan mempersulit pemain bertahan karena bola mengarah ke sisi buta. Bola juga akan jatuh di arah lari penyerang, sehingga memberikan mereka superioritas secara dinamis.
Posisi bermain Cancelo yang lebih ke dalam di area half space, tidak seperti bek sayap pada umumnya, berdampak pada umpan yang diberikan. Dengan berada di area yang lebih dekat dengan gawang, jarak tempuh bola untuk mencapai target menjadi lebih kecil. Akibatnya, tidak perlu waktu yang lama bagi bola sampai ke penerima. Tim yang bertahan juga tidak memiliki banyak waktu untuk menyusun blok pertahanan yang ideal.
Isu dalam serangan Gladbach vs pressing City yang impresif
Selain City yang tampil apik, performa yang kurang meyakinkan dari Gladbach turut mempengaruhi hasil pertandingan. Tim Jerman tersebut butuh waktu lebih dari satu jam untuk menciptakan tembakan pertamanya. Hal ini tidak lepas dari pressing City yang juga sangat brilian di laga kali ini.
Gladbach banyak membangun serangan dari area yang sangat rendah serta melibatkan banyak pemain. Tujuannya adalah untuk memancing sebanyak mungkin pemain City agar melakukan pressing. Setelah itu, Gladbach akan mengeksploitasi ruang di area depan dengan cepat lewat serangan vertikal.
Di laga kali ini, respon pressing City cenderung mumpuni. Menekan dengan struktur 4-2-4/4-2-3-1, City memiliki empat pemain untuk menekan lini pertama bangun serangan Gladbach. Empat pemain ini memiliki akses pressing yang terjangkau menghadapi Gladbach yang membangun serangan dengan rendah dan melebar, sehingga bisa mengarahkan build-up Gladbach ke area yang tidak menguntungkan. Respon lini di belakangnya juga cukup jitu dalam melakukan forward press. Selain bek sayap terdekat turut naik, salah satu pivot juga melakukan hal yang sama apabila dirasa perlu.
Kunci lain dari pressing City adalah struktur backline mereka. Biasanya, bek sayap ataupun pivot sisi jauh akan tetap berada di belakang. Kalaupun harus melakukan forward press dengan agresif, eksekusinya dilakukan dengan timing yang pas. Pemain bertahan yang melakukan press juga cepat untuk recover/trackback. Mekanisme ini menjadikan City nyaris tidak pernah kalah jumlah ketika Gladbach menemukan celah untuk menyerang cepat.
Kesimpulan
Hasil dan jalannya pertandingan sangat menunjukkan superioritas City di berbagai aspek. Kualitas permainan cukup menentukan di laga ini. Meski set-up Gladbach cukup berhasil meredam City, hal tersebut tidak cukup mengingat City memiliki berbagai mekanisme dan eksekusi yang jitu untuk melawannya.