Pertarungan antara Leeds United dan Manchester City menjadi salah satu pertandingan yang ditunggu sejak kembalinya Leeds ke Premier League. Salah satu penyebab utama pertemuan keduanya menjadi menarik adalah potensi adu taktik dari dua pelatih jenius, Marcelo Bielsa dan Pep Guardiola.
Sudah menjadi konsumsi publik bahwa Guardiola sangat dipengaruhi oleh Bielsa dalam urusan taktik. Seusai pension dari pemain, ia bahkan menyempatkan diri berguru langsung kepada Bielsa di Argentina. Di sisi lain, Bielsa di antara berbagai sanjungannya kepada Guardiola, merasa tidak layak disebut mentor. Ia menganggap Guardiola sebagai pelatih yang independen dengan ide dan solusinya sendiri dalam menghadapi pertandingan.[1]
[1] https://youtu.be/w191bJzmkVc
Dalam pertandingan yang berlangsung di bawah guyuran hujan di Elland Road, kedua tim berbagi angka dalam hasil imbang 1-1. Raheem Sterling membawa tim tamu unggul di babak pertama setelah memanfaatkan build-up serangan Leeds yang gagal sebelum Rodrigo menyamakan skor dari kesalahan antisipasi Ederson pada babak kedua.
Line-up
Tidak banyak yang berubah dari susunan pemain kedua kesebelasan. Secara umum perubahan yang ada lebih kepada penyesuaian terhadap absennya pemain tertentu dan perubahan formasi secara minor.
Dari kubu tuan rumah, Ezgjan Alioski menggantikan posisi Jack Harrison yang tidak bisa tampil akibat perjanjian kontrak dengan klub induknya. Selain itu, secara susunan pemain tidak berubah dari pertandingan pekan sebelumnya melawan Sheffield United dalam formasi 1-4-1-4-1. Illan Meslier masih jadi pilihan utama di bawah mistar di belakang back four Luke Ayling, Robin Koch, Liam Cooper, dan Stuart Dallas. Kalvin Phillips menjadi pemain No. 6 di belakang Mateusz Klich dan Tyler Roberts sementara Helder Costa dan Alioski mengisi posisi sayap. Patrick Bamford menjadi No. 9 utama.
City menurunkan formasi 1-4-3-3 seperti pertandingan Carabao Cup di tengah pekan menghadapi Burnley. Ederson di bawah mistar. Rekrutan baru Ruben Dias langsung menjadi starter bersama Aymeric Laporte di lini belakang bersama Kyle Walker dan Benjamin Mendy di kedua sisi. Rodri sebagai gelandang No. 6 di belakang duet No. 8 Kevin De Bruyne dan Phil Foden. Di lini depan, Raheem Sterling dan Ferran Torres mengapit Riyad Mahrez memimpin lini serang The Citizens.
Pressing dengan blok dan intensitas tinggi
Sebagai pelatih dengan filosofi menyerang, baik Bielsa dan Pep memiliki intensi untuk banyak menguasai bola. Sebagai konsekuensi, keduanya menginstruksikan timnya untuk mencegah lawan memiliki banyak ruang dan waktu dengan bola.
Dalam pertandingan ini kedua tim melakukan pressing dengan blok dan intensitas yang tinggi sejak menit pertama. Meski tujuannya sama, namun eksekusi dan detail yang dilakukannya berbeda. Sebagai bagian dari adu taktik antar keduanya, terdapat beberapa detail taktik yang dilakukan masing-masing kesebelasan untuk keluar dari tekanan lawan.
Pressing man-to-man Leeds
Bielsa dikenal sebagai pelatih yang kerap melakukan pressing dengan orientasi man-to-man marking terhadap pemain lawan. Hal ini bertujuan menyulitkan lawan menemukan pemain yang free untuk progresi. Prinsip tersebut juga dilakukan di pertandingan ini.
Akan tetapi tentu saja menjaga sebelas pemain City secara keseluruhan akan sulit. Ada area di mana mereka memiliki situasi kalah jumlah. Dalam tumbukan formasi antara 1-4-1-4-1 melawan 1-4-3-3, situasi kalah jumlah tersebut ada di lini pertama pressing mereka. Dalam hal ini pemain No. 9 Leeds akan berhadapan dengan dua bek tengah lawan.
Untuk menyiasatinya, salah satu No. 8 (Roberts di babak pertama dan Rodrigo di babak kedua) akan bermain lebih tinggi dan sejajar dengan No. 9 (Bamford). Keduanya akan menutup akses ke area tengah dengan mempertahankan akses pressing ke Rodri yang merupakan No. 6 City.
Trigger bagi Leeds melakukan pressing adalahketika bola berada di salah satu bek tengah. Bamford akan melakukan angled pressing untuk menutup jalur umpan ke bek tengah di sisi jauh menggunakan cover shadow. Hal tersebut diikuti dengan No. 8 yang langsung melakukan marking terhadap Rodri, atau sebaliknya (pressing tersebut dilakukan bergantian sesuai dengan siapa pemain terdekat dengan bola).
Dengan ini situasi kalah jumlah bisa teratasi karena pressing Leeds dapat mengeksklusikan pemain City di sisi jauh dari permainan. Selain itu orientasi man-to-man marking tetap terjaga. Situasi tersebut banyak terjadi di momen-momen bola hidup dan transisional. Set-up awal Leeds tersebut cukup berhasil untuk mencegah City melakukan build-up serangan secara terstruktur. Di babak pertama City justru banyak mendapatkan peluang dari situasi bertahan maupun transisi positif.
Solusi build-up City: pengambilan posisi bek tengah, dribble, dan superioritas 1v1
Secara umum dalam beberapa momen City bisa lolos dari pressing Leeds tersebut. Meski Leeds bisa mengatasi situasi kalah jumlah di depan dengan angled press dan cover shadow, City mempersulit eksekusi tersebut dengan membuat sudut dan jarak tempuh pemain yang melakukan press menjadi lebih jauh.
Dua bek tengah, Dias dan Laporte, mengambil jarak yang cukup berjauhan satu sama lain. Selain itu keduanya tidak berada dalam satu garis sejajar, tetapi diagonal. Salah satu akan lebih rendah daripada yang lain untuk menjaga jalur operan yang ideal. Di area yang lebih rendah, keduanya bisa bermain cukup melebar karena adanya Ederson sebagai pemain tambahan.
Dengan begitu, salah satu bek City akan mendapatkan ruang lebih untuk progresi. Karena lawan berorientasi man-to-man, lawan cenderung tetap di tempatnya menjaga pemain masing-masing. Kecuali pada momen di mana pembawa bola dianggap sudah dalam jarak aman untuk di-press. Mekanisme dribble cukup jamak dilakukan ketika menghadapi lawan yang berorientasi man-to-man marking. Dengan dribble diharapkan pemain yang bertahan akan terpancing untuk melakukan pressing dan akhirnya meninggalkan ruang bagi pemain yang dijaganya.
Dalam kasus City, keunggulan teknis pemain mereka atas lawan turut membantu hal tersebut. Walker, Mendy, Mahrez, Torres, dan Sterling beberapa kali menggunakan keunggulan mereka tersebut untuk mengacaukan struktur pertahanan lawan dan menciptakan ruang bagi rekan setim.
Pressing City dan keberanian Leeds untuk mengambil risiko
Di sisi lain City juga melakukan pressing dengan blok tinggi, meski dengan pendekatan berbeda. Pep lebih menginstruksikan untuk menjaga secara zonal koridor tengah dan half-space. Ketika Leeds melakukan build-up di bawah lini pertama pressing City akan menutup akses umpan pendek ke pemain terdekat.
Mahrez sebagai pemain No. 9 akan menutup jalur umpan ke No. 6 Leeds, Phillips. Kedua sayap, Sterling dan Torres akan berorientasi kepada dua bek tengah Leeds sekaligus mempertahankan akses pressing kepada dua fullback lawan melalui cover shadow. Dua No. 8 akan fokus pada duet No. 8 sekaligus fullback lawan, sementara No. 6 akan menjadi pemain free yang akan melakukan cover ketika pemain di depannya melakukan pressing.
Menghadapi pressing ini Leeds mengalami kesulitan di babak pertama. Meski demikian, hal tersebut tidak mencegah Leeds untuk berupaya melakukan build-up secara konstruktif. Meslier beberapa kali mencoba melakukan sirkulasi bola dengan kedua bek tengah untuk memancing tekanan dari lini pertama City. Phillips juga secara aktif bergerak untuk keluar dari penjagaan Mahrez dan memberikan opsi umpan vertikal.
Meslier juga beberapa kali memainkan bola chip kepada fullback. Mekanisme ini kerap dilakukan untuk mengatasi cover shadow dari winger City terhadap fullback. Meski begitu, kedua situasi tersebut menjadi kurang menguntungkan bagi Leeds karena mereka justru masuk ke dalam perangkap City. Progresi serangan tuan rumah banyak berhenti di area sepertiga tengah. Harga yang dibayar menjadi mahal karena City berhasil menciptakan gol dari mekanisme build-up Leeds yang gagal tersebut.
Mekanisme Leeds untuk membongkar pertahanan City: rotasi dan switch play
Begitu juga dengan penguasaan bola, Bamford dkk lebih unggul atas lawannya. Lantas bagaimana Leeds akhirnya bisa keluar dari tekanan City tersebut? Struktur Leeds bisa berubah menjadi 3-1-3-3 atau 3-1-4-2. Dalam pertandingan melawan City secara garis besar Bielsa menerapkan empat struktur posisional yang berbeda.
Secara umum empat struktur tersebut merupakan gambaran kemungkinan kombinasi yang ada. Lebih lanjut lagi, dalam eksekusinya rotasi tersebut dikombinasikan dengan permainan kombinasi cepat dan secara konstan selalu memindahkan area permainan ke area yang underload. Mekanisme tersebut membantu Leeds keluar dari tekanan lawan.
Rotasi antar pemain mampu membuat blok lawan menjadi tidak stabil. Dalam beberapa situasi, rotasi mampu memancing lawan keluar dari areanya, dan menciptakan ruang kosong yang bisa dieksploitasi oleh orang ketiga. Secara prinsip, ketika salah satu pemain mengisi area yang lain, harus ada pemain lain yang mengisi area tersebut. Dalam hal ini pemain Leeds, terutama Phillips dan Klitsch, aktif untuk berpindah posisi; keluar dari penjagaan lawan maupun menarik lawan keluar dari zona-nya dan menciptakan ruang.
Rotasi yang umum dilakukan adalah antara fullback, winger, dan No. 8 terdekat. Ketika fullback turun lebih ke half-space, hal tersebut diikuti oleh winger di koridor luar. Mekanisme tersebut biasanya memancing pressing dari winger dan fullback lawan. Ruang yang kosong nantinya akan diisi oleh No. 8 tersebut, baik untuk dilanjutkan dengan mekanisme third man run atau sekadar menjaga width agar blok pertahanan lawan menjadi renggang.
Selanjutnya No. 8, winger, dan fullback sisi jauh akan menyerang area yang underload untuk opsi Leeds melakukan switch play. Hal ini tentu akan menyulitkan lawan untuk bertahan karena banyaknya pemain Leeds yang melakukan serangan dalam area yang sangat luas.
Kesimpulan
Pertandingan antara Leeds dan City menghadirkan tontonan yang menarik dalam perspektif taktis. Kejeniusan kedua pelatih sangat diuji dalam mencari solusi di tengah pressing ketat lawan dalam intensitas tinggi selama 90 menit.
Di awal tekanan City mampu membuat Leeds kesulitan, namun kemudian berhasilnya Leeds perlahan keluar dari tekanan justru menjadi masalah bagi City. Beberapa momen keduanya dapat menciptakan peluang emas, namun penyelesaian akhir belum maksimal. Ditambah dengan kinerja lini belakang yang luar biasa (Ederson: 6 penyelamatan, Leeds: 9 blok di kotak penalti). Pada akhirnya kedua tim mendapatkan gol setelah lawan membuat kesalahan.
Hasil imbang mungkin cukup merefleksikan pertandingan yang ada. Seperti yang dikatakan oleh Guardiola di akhir laga kepada Bielsa, “it was a fair result.”