Mourinho selalu jadi magnet melalui kontroversinya di dalam maupun di luar lapangan. Melakoni pertandingan pertamanya sebagai head coach di Tottenham Hotspur, semua mata tertuju pada permainan apa yang akan dibawanya bersama Kane dkk. Tottenham Hotspur sempat unggul 0-3 yang kemudian hampir disalip West Ham dengan gol di 20 menit akhir hingga skor menjadi 2-3. Sempat datar di 20 menit awal, Spurs mampu unggul 0-2 di paruh babak pertama.
Formasi
Mourinho menurunkan formasi 4-2-3-1 yang nampaknya akan jadi dasar/pakem yang akan dipakai di Spurs. Meski akan jadi dasar, Mourinho yang cenderung reaktif, tidak segan untuk merombak formasinya secara radikal, menggunakan 3 bek misalnya. Namun tidak di pertandingan ini. Kane dipasang sebagai target man di depan. Di posisi no. 10 diisi oleh Alli, sementara flank dipercayakan ke Son dan Lucas Moura. Dari komposisi 4 pemain depan ini, game plan Mourinho bisa ditebak. Direct ke target man (Kane) & memanfaatkan kecepatan Moura dan Son dalam menyerang saat transisi.
Bangun Serangan Fase Pertama
Spurs melakukan bangun serangan dengan kombinasi short maupun direct (long) di fase pertama. Skema 3-2 membuat Spurs lebih solid di belakang dengan adanya proteksi Ben Davies, fullback kiri yang tidak melakukan overlap ke depan. Ditambah dengan double pivot Winks dan Dier. Khusus Dier, diberi tugas lebih untuk ke depan membantu dalam menyerang atau melakukan press. Namun, Winks lebih banyak berdiri di depan bek menjaga ruang antar lini. Dengan skema ini, saat lawan melakukan serangan balik, Spurs masih terjaga dengan jumlah pemain yang relatif cukup untuk bertahan. Namun, ruang yang ditinggalkan fullback kanan untuk overlap, Aurier, kerap dieksploitasi lewat kecepatan kaki Felipe Anderson.
Bangung Serangan Fase Kedua
Mourinho terkenal dengan opposition analysis-nya dan di pertandingan ini terlihat jika Spurs berusaha mengeksploitasi kelemahan West Ham. Mourinho menempatkan 3-4 pemain di ruang antar lini tim asuhan Manual Pellegrini ini. Penempatan pemain dengan skema di atas membuat West Ham kesulitan dalam bertahan. Kane ‘mengikat’ Ogbonna dan Diop, sementara Alli memposisikan diri di antara centerback dan midfielder (Rice). Dier dan Winks adalah pemancing agar Noble, Snodgrass melakukan marking yang mengakibatkan ruang di belakangnya menjadi lebar. Ruang ini yang dimanfaatkan Alli ataupun Moura dengan bergeser horizonal di belakangnya. Rice harus memilih menjaga Alli atau Moura yang melakukan tuck inside dari flank ke halfspace. Di menit ke-3 umpan terukur Davies mengeliminasi blok pertahanan West Ham yang mengakses Alli di depan ruang antar lini. Selain untuk defensive cover di belakang, Davies digunakan Mourinho sebagai outlet serangan karena kemampuannya untuk melakukan umpan-umpan vertikal.
Tottenham juga melakukan ini di sisi kanan/Moura memanfaatkan Aurier yang overlap di flank. Moura start dari posisi dekat dengan bek, kemudian drop untuk menerima umpan Aurier. Ogbonna terpancing untuk melakukan marking ke Moura yang drop sehingga Alli bisa secara bebas mengeksploitasi ruang antar lini dan masuk ke ruang yang ditinggalkan Ogbonna.
Pendekatan Direct
Menutup ruang antar lini bisa dilakukan dengan menaikkan garis pertahanan lebih tinggi. Di sinilah masalah lain West Ham bisa timbul ketika garis pertahanannya tinggi. Son dan Moura akan mengeksploitasi ruang di belakangnya dengan kecepatan waktu melakukan offensive transition/counter attack. Memanfaatkan permainan direct ke ruang di belakang bek atau mengandalkan keunggulan Kane dalam duel udara dengan hanya membelokkan bola dengan kepala untuk memberikan bola ke Son ataupun Moura.
Proses Terjadinya Gol
Sesuai dengan analisis di section “Bangun Serangan di Fase Kedua”, gol tercipta dari situasi tersebut. Dele Alli secara cerdik bergerak dari blindside di belakang bek.
Dele Alli kemudian berdiri di ruang antar lini untuk menerima bola sekaligus membuat perhatian 2 centerback West Ham teralihkan ke Alli yang tanpa kawalan berarti.
Di sini Diop dan Ogbonna fokusnya berpindah ke Alli dan tidak melakukan covering akses ke Moura dan Son. Apa yang dilakukan 2 bek ini tidak bisa dikatakan sepenuhnya salah karena Alli juga berbahaya ketika dilepas untuk melakukan tembakan.
Gol ketiga terjadi dengan skema lain yaitu memanfaatkan Aurier yang diberi tugas melakukan overlap di flank. Serangan lewat kanan berbeda dengan di kiri karena ada variasi lain lewat crossing dari fullback. Dan, di pertandingan ini gol terjadi lewat skema ini. Aurier sangat bebas karena sebelumnya bola berada di kiri.
Melepas Ball Possession di Menit Akhir
Di awal babak hingga menit ke-70, Spurs memenangi penguasaan bola dengan 58%. Namun di 20 menit terakhir, penguasaan bola dipegang West Ham hingga 67%. Tipikal Mourinho yang akan melepas penguasaan bola dan bermain bertahan selepas unggul. Namun, dari analisis pressing di menit ke-59 sudah mulai kendor. Beberapa kali gesture pemain menunjukkan agar rekannya melakukan pressing, namun tidak dilakukan atau jaraknya terlalu jauh.
Permasalahannya, bek Spurs tidak sekokoh Materazzi, Samuel, Lucio dan bek Inter yang dia klaim di wawancaranya bisa berdiri 5 jam tanpa kebobolan. Mourinho membagi cara bertahan menjadi 3, as unit, as individual, specific zone. Tidak ada yang salah dalam bertahan secara unit. Spurs bermain dengan blok sedang ke rendah secara zonal kompak di 20 menit terakhir. Permasalahannya ketika bertahan ‘as individual’. 2 Gol ‘hiburan’ West Ham lebih ke kesalahan individual defending.
Kesimpulan
Pendekatan taktik Mourinho sudah terlihat di pertandingan pertama. Game plan-nya cukup jelas dengan beberapa eksekusi/penyelesaian akhir yang buruk (menit 48 dan menit 60). Juga masalah di stamina yang membuat pressing kendor di menit ke-60. Eskalasi Mourinho secara taktis dengan menurunkan garis pertahanan dan melepas penguasaan bola sudah tepat. Namun PR masih ada dalam urusan bertahan. Jika dilihat komposisi pemain, Spurs lebih menjanjikan kedalaman skuad terutama di tengah. Sektor yang mungkin akan diperbaiki adalah pertahanan.