Pada 23 November 2021, Chelsea bermain melawan Juventus pada pertandingan babak grup UCL di Stamford Bridge. Di menit ke-66, Chilwell terlibat dalam duel merebut bola bersama Adrien Rabiot. Malapetaka menghampirinya. Dengkul wingback kiri Chelsea tersebut berbenturan dengan kaki Rabiot, menyebabkan cedera ACL. Ia harus menjalani operasi dan musim yang dimulai dengan begitu gemilang harus berakhir begitu saja.
Pada musim ini, mantan bek Leicester tersebut sudah terlibat dalam 4 gol dari 6 penampilan di Premier League, menunjukkan ketajamannya di depan gawang meskipun berposisi sebagai wingback kiri di sistem 3-4-3 Thomas Tuchel yang dipakainya pada awal hingga tengah musim. Pelatih asal Jerman tersebut juga telah mengakui bahwa ia tidak menganggap para wingbacknya sebagai defender, melainkan lebih sebagai winger yang siap untuk menyerang ruang yang ada bahkan hingga berpindah dari sayap ke tengah.
Kita ambil contoh pertandingan Brentford vs Chelsea musim ini, dimana Ben Chilwell mencetak satu-satunya gol bagi The Blues:
Dengan cedera yang dialaminya, Chelsea sekarang hanya memiliki satu bek kiri natural dalam Marcos Alonso. Beberapa pemain selain Alonso juga sudah dicoba di posisi tersebut, seperti Saul Niguez dan Callum Hudson-Odoi, tetapi memang pada dasarnya mereka bukanlah pemain yang cocok untuk peran tersebut. Tuchel sampai harus mengubah taktik andalannya dari 3-4-3 menjadi 4-2-2-2. Dengan absennya Chilwell hingga akhir musim, kira2 siapakah target yang cocok untuk wingback kiri Chelsea tersebut?
Pertama, mari kita lihat terlebih dahulu profil dari Ben Chilwell sendiri:

Chilwell sangat terlibat dalam penyerangan, dapat dilihat dari kontribusi xGI-nya dan juga merupakan salah satu outlet menyerang yang penting di sistem 3-4-3 Tuchel, seringkali menerima umpan progresif dari rekannya, menunjukkan bahwa bola sering ditujukan kepada Chilwell ketika menyerang. Kreativitasnya pun juga impresif, berada di persentil ke-82 untuk xA dan ke-87 untuk SCA. Secara defensif, ia juga cukup solid, tetapi perlu diwaspadai menggunakan statistik ketika mengevaluasi kemampuan bertahan karena tiap pemain digunakan berbeda2 pada tiap sistem.
Berarti, profil yang kita perlukan untuk pengganti Chilwell adalah:
- Dapat menambah gol dari peran wingback kiri
- Sering membantu penyerangan dalam kotak penalti lawan
- Terbiasa dengan sistem back three
- Secara defensif solid jadi nilai plus
Mari kita coba plot bek2 yang paling terlibat dalam kotak penalti lawan pada musim lalu dan musim ini:


Dari dua grafik di atas ada beberapa nama yang menonjol seperti Robin Gosens dari Atalanta (tdk muncul di grafik musim ini karena baru bermain 6 kali) dan Filip Kostic dari Eintracht Frankfurt. Selain kedua nama tadi, kami juga coba memilih satu pemain yang bisa digolongkan sebagai pilihan wildcard dan akan kami bahas setelah target2 utamanya. Coba kita bahas profil pemain2 yang tadi sudah disebutkan.
Sebenarnya, salah satu pilihan yang sudah dipertimbangkan adalah pemain dari Chelsea sendiri, yaitu Emerson Palmieri. Bek asal Italia tersebut sedang dipinjamkan oleh klub asalnya ke Lyon. Secara statistik, Emerson hanya menonjol di salah satu aspek defensifnya, yaitu tidak membiarkan lawan melewati dengan dribble. Secara keseluruhan, Emerson bisa digolongkan sebagai fullback dengan kemampuan rata-rata dibandingkan dengan pemain lainnya di posisi yang sama. Dari rumornya pun Lyon tidak bersedia untuk melepas Emerson untuk kembali ke Stamford Bridge (Chelsea rela memberikan kompensasi sebesar 4jt euro, tetapi Lyon menolak tawarannya), mengingat perannya sebagai starter pada musim ini (16 kali bermain, 15 kali menjadi starter).

Filip Kostic dari Eintracht Frankfurt bisa jadi opsi yang menarik. Bermain di sistem 3-4-3 di bawah asuhan Oliver Glasner tahun ini, sejatinya ia merupakan winger yang dimanfaatkan sebagai wingback. Secara aspek menyerangnya, Kostic sangat komplit dan konsisten menjadi wingback paling kreatif di Bundesliga selama bbrp tahun terakhir dengan mencatat 10+ asis selama 3 tahun berturut. Tahun ini pun dia juga sudah mencatat 7 asis untuk Eintracht Frankfurt. Jika dibandingkan dengan pemain bertahan yang lain, hanya Trent Alexander-Arnold (7.5) yang bisa mencatat nilai xA lebih baik dari Filip Kostic (5.9).


Ia sangat kuat dalam memposisikan dirinya ke area berbahaya dan crossing dari area byline merupakan senjata ampuh di sisi kiri penyerangan Frankfurt. 26 crossing ke kotak penalti lawan telah dilepaskan olehnya pada musim ini, terbanyak kedua setelah David Raum (28) dari Hoffenheim. Grafik dari Soccerment Analytics ini juga menunjukkan betapa bahayanya Kostic di kotak penalti, melepaskan 15 cutback yang bernilai 3.03 xA, terbesar ke-5 sejak 2017/18. Suntikan kreativitas yang diberikan Kostic ini akan membuat tugas striker seperti Lukaku lebih mudah. Aspek defensifnya tidak terlalu kuat dan ia juga sering meninggalkan ruang di sisi pertahanan kiri Frankfurt (ini juga lebih ke taktik Frankfurt sendiri yang menugaskan Kostic untuk pressing lebih tinggi), tetapi seperti apa yang telah dikatakan Tuchel, peran ini lebih mengutamakan kemampuan dalam menyerang dibanding bertahan.


Grafik dari @gegenpressing91 ini menunjukkan betapa bahayanya Kostic di final third. Zona cutback menjadi area favoritnya.

Pilihan selanjutnya adalah Robin Gosens dari Atalanta. Berbeda dengan Filip Kostic, Gosens lebih seperti poacher yang diposisikan sebagai left wing back dan tidak mengemban tugas playmaking, seperti yang ditunjukkan dengan statistik chance creation-nya. Torehan 24 gol selama karirnya di Serie A bersama Atalanta menjadikannya sebagai salah satu bek paling produktif di top 5 liga Eropa selama 4.5 musim terakhir.

Dapat dilihat dari shot map Robin Gosens bersama Atalanta, pergerakannya di dalam kotak penalti lawan membuatnya sebagai ancaman bagi pertahanan lawan. Ditambah juga dengan visi dari pemain2 kreatif Atalanta seperti Josip Ilicic, Papu Gomez dan Ruslan Malinovskiy yang dapat memberi umpan manis ke wingback asal Jerman tersebut. Jadi, wajar jika secara statistik kreativitasnya Gosens bukanlah yang terbaik karena tim Atalanta sendiri sudah dipenuhi dengan tipe pemain yang inventif.

Ketajamannya di dalam area penalti merupakan aset terbesar Gosens. Dengan memposisikan dirinya di ‘blind side’ pemain lawan, ia dapat secara agresif menyerang ruang yang ada. Contohnya seperti berikut:


Pilihan terakhir, Simone Bastoni dari Spezia. Meskipun tidak muncul dalam kedua grafik, pemain berusia 25 tahun ini tetap impresif dalam performanya selama setahun terakhir:
Performa kreativitasnya sangat baik dan statistik underlying menyerangnya juga oke. Dengan harga pasar 5 juta euro, Chelsea bisa mendapatkan jasanya dengan harga yang tergolong sangat murah. Bastoni akan menjadi pembelian dengan risiko yang rendah, mengisi posisi wingback kiri jika dibutuhkan saja oleh Thomas Tuchel. Di gelaran Serie A 2021-22, Bastoni menduduki peringkat ke-3 dalam penciptaan kesempatan (31 key passes) dan ke-2 dalam metrik expected assists (2.8, sama dengan Juan Cuadrado) jika dibandingkan dengan pemain bertahan lainnya.

Pemain yang sempat dirumorkan ke Lazio ini juga dapat dipasang di posisi gelandang tengah – posisi yang telah ia mainkan di beberapa pertandingan terakhir – bukti dari keserbagunaannya. Jika Tuchel ingin pemain dengan harga murah yang bisa menjadi stop gap selama Chilwell masih harus absen, maka Simone Bastoni bisa menjadi pilihan wildcard yang menarik untuk Chelsea.
Honorable mention: Nicolas Tagliafico (Ajax), Sergiño Dest (Barcelona), Ivan Perisic (Inter) dan Maatsen (Coventry City, pinjaman dari Chelsea).