Menu

Taktik Solskjaer Menetralisir Halfspace dan Positioning Sebagai Kunci Serangan Balik – Analisis Pertandingan Man City vs Man United

ruangtaktik 5 years ago 0 140

Derby Manchester di musim 2019/2020 dilangsungkan pertama kali di Etihad Stadium. Manchester United sedang dalam tren positif setelah menang atas Spurs di tengah pekan. Sementara City sedang dalam situasi yang tidak konsisten. Kalah dari Norwich, Wolves, Liverpool dan ditambah kekalahan di pertandingan ini, membuat City terlempar jauh dari perburuan gelar. Saat ini City terpaut 14 poin dari Liverpool dan 6 poin dari Leicester. Sebenarnya apa masalah yang dialami City? Dan bagaimana taktik Solskjaer secara jitu mengalahkannya?

Formasi

Kedua tim menurunkan formasi pakemnya di pertandingan ini. City dengan 4-3-3 dan Man United 4-2-3-1. City saat off the ball bisa berubah menjadi 4-4-2 untuk melakukan high press. Sama dengan Man United saat bertahan mid block 4-4-2/4-3-3.

Positioning Martial

Martial bermain di atas kertas bermain sebagai nomor 9, namun di lapangan pemain berumur 24 tahun ini lebih banyak memosisikan dirinya di halfspace.

Skema menyerang Man United
Rata-rata positioning pemain Man United

Taktik Solskjaer dalam penempatan Martial ini membuat ujung tombaknya dalam memulai serangan berada posisi yang sulit untuk dijaga. Menjauhi gelandang bertahan (Rodri) dan kerap berada di antara Fernandinho dan Anjelino. Bersama Daniel James, Martial juga kerap menciptakan situasi menang jumlah (overload) di sayap.

Attacking positioning kunci dari efektifitas serangan balik Man United

Situasi ini juga yang mengantarkan peluang Martial menembak ke arah gawang di menit ke-15. Martial sangat leluasa dalam menendang karena posisinya memberikan situasi yang sulit bagi pemain bertahan. Anjelino harus menjaga James sementara Rodri yang bertugas menjaga ruang antar lini, posisinya terlalu jauh untuk menutup Martial. Fernandinho akhirnya yang menutup namun karena jarak yang juga terlalu jauh, tendangan Martial dapat mengarah ke gawang tanpa blok dan diselamatkan Ederson.

Peluang pertama Martial

Di sini kita dapat melihat juga posisi Lingard yang tanpa kawalan saat berada di ruang antar lini. Tidak/terlambat mundurnya 2 gelandang City membuat ruang ini sering terekspos. Ditambah Rodri yang tidak cukup baik dalam melakukan cover.

Situasi setelah Martial melewati Rodri dan sebelum James memberi umpan balik ke Martial yang berbuah gol
Anjelino dan Ederson tidak menutup tiang dekat

Seperti yang terjadi di gol kedua, Rodri dengan mudah dilewati Martial yang kemudian memberikan umpan kepada James. Pemain berkewarganegaraan Wales ini berdiri di ruang antar lini, memaksa Fernandinho step up untuk melakukan marking. Martial sebenarnya sudah di-trackback Sterling, namun composure-nya dalam melepaskan tembakan dengan akurasi yang tinggi ditambah buruknya blocking yang dilakukan Anjelino, membuat Man United menggandakan keunggulannya.

Masalah City: Lemah Dalam Counterpressing

Sejak menit awal, City sudah kehilangan salah satu senjatanya dalam penguasaan bola, counterpress. Counterpress adalah melakukan press (menekan) lawan saat tim baru kehilangan bola. Saat Pep di Barcelona, kita pernah mendengar ‘6 second rule’ yang diusungnya saat menukangi tim Catalan tersebut. Ini yang dimaksud dengan counterpress, yaitu segera mendapatkan bola dengan melakukan tekanan ke pembawa bola dalam waktu 6 detik. Namun, di pertandingan ini anak asuhan Pep sering kehilangan momen dan struktur untuk melakukan counterpress. Hal ini diakibatkan jarak antar pemain yang terlalu jauh. Di menit ke-1, situasi ini langsung terlihat saat Lingard berhasil mendapatkan bola muntah dari bek.

Walker harus menjaga Rashford sehingga backup ke Rodri terlambat

Rodri gagal melakukan intersep sehingga Lingard dapat mengontrol bola. Walker berjarak tidak terlalu dekat sehingga bikin Lingard leluasa menahan bola dan melakukan step over untuk melewati. Pergerakan Lingard ini merilis Rashford di kiri sehingga bergerak ke depan tanpa kawalan.

Rashford lepas di kiri setelah Lingard lepas dari counterpress City

Faktor lain yang menyebabkan counterpress tidak berjalan adalah positioning Martial di halfspace tadi dengan Rashford yang cenderung lebih ke flank lalu bergerak ke halfspace. Dengan positioning ini membuat pemain bertahan City waspada terhadap ruang di belakangnya. Sehingga positioning pemain bertahan ini tidak terlalu tinggi. Hal ini membuat retensi dalam melakukan counterpress atau pressing jadi ada jeda karena jarak vertikal antar lini menjadi renggang. Membuat pemain Man United ada waktu untuk mengontrol dan melepaskan umpan.

Ruang Antar Lini yang Mudah Terekspos

Situasi di atas langsung mengantarkan Man United ke tembakan tepat sasaran pertamanya. Martial berhasil menarik Fernandinho untuk marking ke luar areanya. Rodri terlihat ikut melakukan cover sehingga ruang antar lini terekspos. Rodri seharusnya bertahan lebih ke zona. Melakukan proteksi di depan bek sekaligus menjaga ruang antar lini dari serangan lini kedua Man United.

Posisi Rodri seharusnya di sekitar area kuning atau menjaga ruang antar lini

Fred yang jeli melihat ruang kosong langsung eksploitasi ruang berbahaya tersebut. Kontrolnya sedikit terlalu berat namun masih bisa melakukan umpan ke James yang juga punya banyak space di depan Angelino. Kita lihat yang menutup ruang bukan Rodri, pemain anyar City ini justru terlihat di belakang pemain yang menutup ruang Fred. Anjelino sudah menjaga Lingard, situasinya 2vs1, sehingga James sangat bebas dan bisa melakukan shot on target yang diselamatkan oleh Ederson. Sinyal bahaya pertama sudah ada ketika pertandingan belum genap berjalan 2 menit.

Rodri juga terlambat menutup Fred

Mekanisme Bertahan dari Duet Fred – McTominay

Salah satu senjata Pep Guardiola dalam menyerang adalah eksploitasi halfspace (detail mekanisme ada disini). Di awal babak sudah terlihat bagaimana City melakukan congestion in halfspace untuk eksploitasi pertahanan Man United. Aaron Wan Bissaka terlalu cepat naik menutup De Bruyne sehingga Lindelof melakukan marking ke Sterling. Ini membuat kanal/channel/jarak antar bek jadi renggang. Kanal inilah yang dimanfaatkan David Silva sebagai penyerang halfspace.

David Silva menyerang halfspace yang terbuka

City langsung mengirimkan sinyal bahaya di awal babak dengan serangan ini. Kesalahan bertahan ini dikarenakan Wan Bissaka terlalu naik padahal disitu ada Dan James sehingga jarak antar bek menjadi renggang dan kanal ini yang dimanfaatkan David Silva. Kanal-kanal yang tercipta karena fullback naik inilah yang jadi outlet serangan City. Namun, secara taktik, Solksjaer sudah mengantisipasinya dengan McTominay dan Fred.

Kedua pemain ini akan berada di depan bek saat bertahan dengan mid block dengan menutup akses serangan lewat tengah. Ketika bola dialirkan ke sayap, dan fullback (Wan Bissaka atau Shaw) naik untuk menutup, maka McTominay ataupun Fred secara disiplin akan menutup kanal yang terbuka antara fullback dan centerback.

Mekanisme bertahan Man United

Garis kuning adalah jarak yang melebar karena Wan Bissaka membantu James untuk menutup serangan dari sayap. McTominay drop untuk menutup ruang tersebut (halfspace) sekaligus menjaga David Silva, si penyerang halfspace. Sedangkan Fred akan bergeser untuk menjaga ruang antar lini yang bisa dieksploitasi oleh De Bruyne.

Situasi yang sama saat City menyerang dari kanan

Kesimpulan

Solskjaer mengandalkan duo pivot Fred & McTominay dalam mekanisme bertahan yang sukses meredam duo David Silva dan KdB. Dua pemain ini sangat disiplin dalam menjaga areanya dan kemapuannya dalam duel dan support lini depan berjalan baik. Kunci taktik Solskjaer ada di positioning penyerangnya, terutama Martial dalam melakukan counter attack selain kemampuan individual. Daniel James juga bermain baik tidak hanya dalam menyerang, namun dalam melakukan trackback dan bertahan. Total, James mencatatkan statistik bertahan 8 ball recoveries, 4 tackles won, 2 blocked crosses, 1 interception. Di menit akhir, Solskjaer memainkan 5 bek untuk menutup halfspace. Hal ini dilakukan karena beberapa pemain terlihat tidak agresif dalam melakukan pressing.

Man City selalu kalah jika golnya berada di bawah nilai expected goals (xG). Di pertandingan ini, City mencatatkan xG 2.01 dengan 1 gol yang artinya banyak peluang terbuang dengan nilai peluang bisa menjadi 2 gol (-1.01). Artinya lagi, penyerang City harus lebih klinis dalam memanfaatkan peluang.

– Advertisement – BuzzMag Ad
Written By

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

– Advertisement – BuzzMag Ad