Agresif. 1 kata yang tepat untuk menggambarkan pertandingan Manchester United vs Brighton semalam, terutama dalam melakukan serangan balik. Skor 2-0 di babak pertama dan tambahan 1 gol serta beberapa peluang emas di babak kedua banyak dihasilkan dari situasi serangan balik. Positioning pemain depan sesaat bola dimenangkan (transisi) jadi faktor pendukung serangan.
Formasi
Manchester United bermain dengan 4-2-3-1 yang sesuai analisis video sebelumnya skema ini akan dijadikan pakem musim ini. Pergantian hanya dilakukan di fullback kiri, youngster kelahiran asli Manchester, Brandon Williams menggantikan Ashley Young yang terkena akumulasi kartu kuning. Fred dan McTominay menjadi gelandang pelindung 4 bek sekaligus penghubung di fase kedua dan ketiga (baca mengenai phase of play disini). Sementara di depan, ada kuartet utama Manchester United; Dan James, Rashford, Perreira dan Martial.
Brighton turun dengan formasi dasar 4-2-2-2 yang bisa berubah menjadi 4-4-2. Pascal Gross digantikan Trossard sementara Alzate kembali bermain menggantikan Aaron Mooy. Brighton bermain dengan medium blok yang akan bergeser mengikuti arah bola. 2 blok yang diisi 2 pemain depan dan 4 pemain tengah ini bertugas mengisolasi dan melakukan pressing trap ke Fred & McTominay agar tidak bisa melakukan progresi ke depan.
Mekanisme untuk Disorganisasi
Catatan SBR terutama di awal babak, tidak ada mekanisme decoy (memancing) dari Andreas Perreira di pertandingan ini. Hal ini diamini komentator NBC yang menyebut Perreira sebagai no. 10 harus lebih banyak terlibat dalam bangun serangan terutama di fase kedua. Situasi ini yang membuat Fred dan McTominay kalah jumlah di tengah. Namun duet poros halang dalam menyerang maupun bertahan sama-sama baiknya. Fred maupun McTominay memberikan defensive cover ketika harus bertahan dan berani melakukan penetrasi ketika harus menyerang. Seperti peluang Fred saat mencoba tendangan spekulasi di menit ke-60.
Mekanisme yang dilakukan Solskjaer dalam merusak organisasi pertahanan ini salah satunya dengan mengirimkan diagonal pass ke flank yang berlawanan dengan bola berada (switch play).
Transisi Cepat Jadi Kunci
Graham Potter mengatakan di akhir pertandingan jika mereka tidak bisa menandingi kecepatan transisi Manchester United dari bertahan ke menyerang. Hampir semua peluang berasal dari proses transisi ini. Kecepatan 4 pemain depan yang ditunjang suplai terukur dari lini tengah membuat serangan balik Manchester United sulit dibendung. Brighton tidak cukup baik saat melakukan counterpressing sehingga pemain United dapat lepas dari kepungan. Ditambah positioning Martial yang selalu menempatkan diri di posisi terbuka dan siap menerima bola begitu pemain tengah United mendapatkan bola.
Situasi di gol ketiga juga diinisiasi Fred dan Martial yang sudah menempatkan diri di antara 2 centerback Brighton sesaat setelah bola dimenangkan Fred. Taktik Solskjaer yang menyerang saat transisi akan berhasil jika ditunjang positioning pemain depan yang tepat (siap untuk menyerang celah atau ruang kosong). Jika positioning pemain depan buruk, maka bola akan disirkulasikan ke belakang dan tidak ada serangan balik cepat.
Selain melakukan positioning yang tepat, serangan balik juga mengandalkan kecepatan James dalam menyerang ruang kosong. Beberapa kali James dilanggar saat lawan tidak mampu menandingi kecepatannya. James juga memberikan ‘servis’ yang baik melalui akurasi crossing yang tinggi.
Bagaimana Tanpa Transisi?
Total peluang emas dari situasi non transisi ada 2, tendangan Bran Williams (xG 0.12) dan crossing Rashford ke Dan James (xG 0.63), keduanya ditepis oleh Matt Ryan. Hal ini belum menjawab pertanyaan tentang permasalahan United di pertandingan-pertandingan sebelumnya yaitu bagaimana jika lawan memilih bertahan dengan blok yang rendah. Salah satu perkembangannya yang juga diamini Solskjaer setelah pertandingan adalah “numbers of attacking players” atau jumlah pemain yang menyerang. Williams secara mengejutkan tampil penuh determinasi saat membantu menyerang. Untuk ukuran youngster debutan, penampilannya bisa dibilang baik terutama keberaniannya untuk masuk ke sepertiga lapangan lawan. Meski beberapa kali melakukan ‘clumsy challenge’ khas pemain muda. Solidnya Maguire dalam mematahkan transisi dari Brighton juga mendukung pertahanan Manchester United. Pemain yang didapuk menjadi kapten ini 2 kali melakukan intersep krusial guna menggagalkan serangan balik dari total 3 intersepnya (terbaik di United). Bersama Lindelof, Maguire mencatatkan 8 kemenangan duel udara untuk menggagalkan serangan balik Brighton.
Kesimpulan
Pertandingan melawan Brighton belum menjawab kesulitan saat lawan bertahan total/deep block. Namun beberapa pemain menunjukkan determinasi dan kepercayaan diri untuk melakukan penetrasi pertahanan. Transisi dan positioning jadi kunci guna melancarkan serangan balik cepat. Namun tempo serangan balik yang cepat ini seringnya membuat orientasi pemain depan ke gawang menjadi tinggi. Hal ini mengakibatkan awareness terhadap rekan yang lebih terbuka dalam mencetak gol menjadi kurang. Fase terakhir atau fase penyelesaian peluang ini yang masih perlu dibenahi. Total xG pertandingan ini 3.65 artinya minus 65 dari keseluruhan peluang yang didapat. Atau bisa dibilang minim 4 gol jika dilihat dari metrik xG.
Beberapa catatan individual pemain juga mengalami perbaikan seperti Fred, Perreira dan James. Namun hal ini juga dikarenakan Brighton kerap melakukan kesalahan dalam menyerang dan sering terekspos saat transisi ke bertahan.